Rabu, 24 Desember 2014

A VEIL IN SEVENTEEN YEARS



A VEIL IN SEVENTEEN YEARS

            Aku masih tertegun diatas pulau kapuk  saat suara adzan berkumandang, ”Assholatu khoiruminannaum...”. Sampai diulang dua kali lafadz itu ku masih juga bergeming, suara adzan yang terdengar tidak begitu jauh dari dua bilah kayu rumah itu pun sepertinya memang memaksaku untuk ikut merapat. Namun rasa kantuk masih bergantung di kedua mataku, dan aku masih nyaman dengan “pulau kapukku” yang begitu banyak mengukir berjuta mimpi didalamnya. Dengan rasa berat aku pun akhirnya bangkit dari kenikmatan sesaat itu, lalu berjalan dengan lemas karena rasa kantuk itu masih sedikit menempel dimataku, sembari ku berjalan menuju kamar belakang tempatku mengambil air wudhu. Dengan kucuran air yang membasahi seluruh anggota tubuhku sangat membuatku menjadi lebih fresh, sehingga mata dan pikiran melek seketika.
            Aku pun bergegas untuk menunaikan sholat wajib itu dengan khuyuk, kemudian setelah selesai ku bergegas mandi karena senja telah menampakkan wajahnya dengan senyuman cerah. Pagi itu hari jum’at, ku sedikit agak terburu-buru karena setiap hari jum’at tempatku bersekolah selalu rutin mengadakan kegiatan “Muhadoroh”, yang wajib diikuti oleh seluruh siswa ataupun siswi yang beragama muslim. Aku pun kemudian bergegas tuk mandi, selesai mandi aku pun segera memakai seragam muslim sekolahku dengan menggendong tas biru bergambar dora’emon animasi kartun yang kusenagi, sambil ku menuju meja makan yang disana ada sosok wanita berhijab yang sudah berkeluarga sedang menyiapkan sarapan pagi untuk ayah,adik,dan aku.
            “Ibu selamat pagi”, ku menyapa ibu dengan penuh senyuman, tidak lupa juga ku menyapa ayah dan adikku.
            “Pagi juga sayang”, sahut ibu tersenyum sambil mengaduk segelas susu yang dibuatkannya untukku.
            Setelah selesai sarapan ku bergegas untuk berangkat ke sekolah dengan adikku. “Ibu,Ayah..... aku berangkat yahh, assalamu’alaikum, ucapku dan adikku.
            “Wa’alaikumsalam,hati-hati ya nak”, jawab keduanya bersamaan.
            Aku dan adiku berangkat ke sekolah bersama dengan mengendarai sepeda, karena arah yang bersamaan dan tak begitu jauh dari sekolahku. Ku mengantar adikku sampai depan pintu gerbang sekolahnya dan memastikan dia masuk ke dalam kelas. Aku pun melanjutkan mengayuh sepeda sampai ke sekolah dengan sedikit menambah kecepatan karena ku tersadar kembali bahwa hari ini hari Jum’at dan aku tak mau telat, waktu pun terus berjalan dan kaki yang mengayuh pedal sepeda yang ku kendarai telah berhasil mengantarku sampai tempat parkir sekolah dengan selamat.
            “Alhamdulillah, akhirnya sampai juga”, ku mengucap syukur sambil mengusap dada yang detak jantungku berdetak kencang karena takut terlambat.
            Aku pun masuk kelas dan mengikuti pelajaran dengan baik, saat itu mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu bu Nurul, dia memberikan tugas sementara karena akan melaksanakan rapat dengan kepala sekolah.
            “Anak-anak, ibu akan memberikan kalian tugas membuat puisi, nanti kalau ibu sudah masuk kelas semuanya sudah harus selesai”, kata bu Nurul saat memberi tugas.
            “Iya buu”, jawab serentak murud yang ada di dalam kelas itu,mendakan mereka semua paham akan tugasnya.
            Mereka pun sibuk untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh bu Nurul, begitu pun dengan aku yang sibuk membuat puisi tentang “IBU”, karena tema yang di berikan guruku bebas.
            “Assalamu’alaikum, bagaimana anak-anak apakah sudah selesai puisinya,,?”, ucap ibu sambil bertanya kepada kami.
            “Sudah buu,,”, kami menjawab serentak.
            Satu demi satu bu Nurul menyebutkan nama dari absen yang di pegangnya, akhirnya giliranku untuk membacakan puisi di depan kelas dengan penuh kasih dan sayang ku baca puisi itu di depan kelas yang di lihat oleh teman-teman dan guruku. Mereka semua memberi tepuk tangan saat ku selesai membaca puisi yang berjudul “IBU”.
            Waktu pun menunjukkan pukul 09.30 dan tak lama kemudian bel berbunyi. “Teeettttttt”, bunyi satu kali bel menandakan waktu istirhat telah tiba. Aku dan teman-teman ku pun jajan bersama ke kantin sekolah. Setelah jam istirahat usai seluruh siswa pun masuk kembali ke kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran selanjutmya hingga pukul 11.30. Istirahat kedua pun berbunyi dengan dua kali nada, “Teeetttttttt, Teeetttttttt”, menandakan istirahat kedua. Istirahat kedua ini dilakukan untuk istirahat dan sholat jum’at bagi siswa laki-laki, istirahat dan keputrian untuk para siswi.
            Keputrian di laksanakan di kelas masing-masing, disini saatnya kita menerima siraman rohani yang selain di terima dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan dihadiri oleh mentor yang sudah di siapkan oleh guru.
            “Assalamu’alaikum”, seseorang berhijab panjang mengucap salam sambil mengetok pintu kelas.
            “Wa’alaikumsalam”, sahut kami serentak menjawab salam.
            Kegiatan yang setiap hari jum’at di laksanakan itu pun berjalan dengan mulus dan santai, di dalamnya kita bisa sharing, tanya jawab, dan tak lupa pula di berikan tausiyah yang dapat menyejukkan hati di siang yang agak panas itu. Selesai sudah kegiatannya dan tiba saatnya semua siswa dan siswi untuk pulang ke rumah. Ku pulang dengan penuh semangat walau terik matahari berdiri tepat di atas kepalaku. Aku pun sampai di rumah.
            “Wahhhh,cukup melelahkan hari ini”, kataku berbicara sendiri sambil melepas hijab di dalam kamar. Aku pun tersentak diam sejenak sambil melihat ke arah cermin yang melekat pada pintu lemari yang sudah terbilang tua. Saat itu aku terpikirkan oleh perkataan mentor yang tadi ada di kegiatan keputrian, dia menyampaikan hadist tentang kewajiban menutup aurat bagi wanita. “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar, syeitan akan memperhatikannya. (HR.Bazzar & At-Tirmizi)”, mentor itu menyampaikannya kepada semua teman-teman termasuk aku.
            Ku terpikirkan dan melamun, sampai-sampai saat ibu memanggilku dan ibu akhirnya mengampiri ke kamarku tanpa ku mengetahuinya.
            ”Mba sedang apa,ibu panggil kok tidak nyahut”, tanya ibu pada ku.
            “Tidak ada apa-apa bu”, jawabku agak sedikit nervous karena kaget.
            “Ya sudah, ibu hanya ingin mengajak kamu makan siang bersama di ruang makan”,ajak ibu padaku.
            “Iya ibuku yang cantik, nanti aku nyusul ya bu, aku mau ganti pakaian dulu”, kataku sambil tersenyum pada ibu.
            Aku pun menyusul Ibu ke ruang makan, dan makan bersama keluarga kecil kami, meskipun saat makan ku masih teringat dengan hadist yang sempat membuatku melamun di kamar.
            Senja pun telah menenggelamkan dirinya sedikit demi sedikit, awan mulai berubah warna dan binatang-binatang telah masuk ke kandangnya masing-masing. Ku tutup pintu rumahku seolah-olah ku memandang ke arah senja yang menyapaku selamat datang malam, seperti biasa hal rutin yang ku lakukan, aku dan sahabat sebayaku Ira Wahyuni namanya, ku biasa panggil Ira. Setelah adzan maghrib berkumandang dia selalu mengajakku untuk menunaikan ibadah sholat maghrib berjamaah di masjid yang tak begitu jauh dari rumah kita.        Kita berjalan beriringan dengan membawa alat sholat yang di sedekap oleh kedua tangan kita masing-masing, sembari ku memulai mengajak Ira sahabatku saat pergi ke masjid untuk memakai hijab, karena sekarang aku sudah tahu bahwa setiap kali seorang wanita keluar, maka syeitan akan memperhatikannya. Sebab itu aku mulai mengajak Ira untuk mengenakan hijab di saat ia keluar rumah sekalipun, dan aku juga tidak hanya mengajak teman baikku itu untuk mengenakan hijab tetapi aku juga mulai menutup aurat dengan berpakaian yang syar’i yang telah mentor aku sampaikan dan ibu juga menasihatinya kepadaku.
            Sekian lama kurasakan memakai hijab dan pakaian yang syar’i telah membuat hidup dan hari-hariku terasa lebih berwarna, tak kusangka hari,bulan,tahuun berputar begitu cepat, tibalah saat tanggal 12 Juli sangat amazing dan bahagia sekali bagiku, diberikan surprise sebuah kado dari ibu saat ku buka berisi sehelai pakaian dan hijab yang cantik untukku sebagai kado ulang tahunku yang ke-17, dan tidak lain lagi saat ulang tahun sahabatku yang bernama Ira, ia ku hadiahkan dengan sehelai hijab berwarna dasar merah dan bercorak bunga-bunga dengan ku bungkus kertas kado yang cantik, tanggal kelahirannya tidak beda jauh denganku yang hanya selang 3 hari. Senangnya aku saat ku bisa mengajak seseorang dalam kebaikan dan spesialnya sahabatku itu aku beri kado hijab cantik saat ulang tahun yang ke sweet seventeen.
            Harapan ibu, ayah, adik dan yang pastinya aku, saat kami merayakan syukuran kecil- kecilan di ruang keluarga dengan di temani kue tar ala kadarnya serta di atasnya berdiri liin 17 tahun yang ibu buatkannya spesial untukku, berharap dengan umurku yang semakin bertambah dewasa lebih memahami hakikat seorang wanita,selekas aku memakai hijab aku bisa memperbaiki lagi akhlak dan perilaku sedikit demi sedikit dan menjadi lebih baik. Ibu, ayah, dan adikku memelukku bersama-sama dan hatiku sangat senang sekali. Kemudian ku lalui hari-hariku dengan penuh semangat dan beristiqomah.
                                                            ***


Tidak ada komentar:

Posting Komentar