Rabu, 24 Desember 2014

A VEIL IN SEVENTEEN YEARS



A VEIL IN SEVENTEEN YEARS

            Aku masih tertegun diatas pulau kapuk  saat suara adzan berkumandang, ”Assholatu khoiruminannaum...”. Sampai diulang dua kali lafadz itu ku masih juga bergeming, suara adzan yang terdengar tidak begitu jauh dari dua bilah kayu rumah itu pun sepertinya memang memaksaku untuk ikut merapat. Namun rasa kantuk masih bergantung di kedua mataku, dan aku masih nyaman dengan “pulau kapukku” yang begitu banyak mengukir berjuta mimpi didalamnya. Dengan rasa berat aku pun akhirnya bangkit dari kenikmatan sesaat itu, lalu berjalan dengan lemas karena rasa kantuk itu masih sedikit menempel dimataku, sembari ku berjalan menuju kamar belakang tempatku mengambil air wudhu. Dengan kucuran air yang membasahi seluruh anggota tubuhku sangat membuatku menjadi lebih fresh, sehingga mata dan pikiran melek seketika.
            Aku pun bergegas untuk menunaikan sholat wajib itu dengan khuyuk, kemudian setelah selesai ku bergegas mandi karena senja telah menampakkan wajahnya dengan senyuman cerah. Pagi itu hari jum’at, ku sedikit agak terburu-buru karena setiap hari jum’at tempatku bersekolah selalu rutin mengadakan kegiatan “Muhadoroh”, yang wajib diikuti oleh seluruh siswa ataupun siswi yang beragama muslim. Aku pun kemudian bergegas tuk mandi, selesai mandi aku pun segera memakai seragam muslim sekolahku dengan menggendong tas biru bergambar dora’emon animasi kartun yang kusenagi, sambil ku menuju meja makan yang disana ada sosok wanita berhijab yang sudah berkeluarga sedang menyiapkan sarapan pagi untuk ayah,adik,dan aku.
            “Ibu selamat pagi”, ku menyapa ibu dengan penuh senyuman, tidak lupa juga ku menyapa ayah dan adikku.
            “Pagi juga sayang”, sahut ibu tersenyum sambil mengaduk segelas susu yang dibuatkannya untukku.
            Setelah selesai sarapan ku bergegas untuk berangkat ke sekolah dengan adikku. “Ibu,Ayah..... aku berangkat yahh, assalamu’alaikum, ucapku dan adikku.
            “Wa’alaikumsalam,hati-hati ya nak”, jawab keduanya bersamaan.
            Aku dan adiku berangkat ke sekolah bersama dengan mengendarai sepeda, karena arah yang bersamaan dan tak begitu jauh dari sekolahku. Ku mengantar adikku sampai depan pintu gerbang sekolahnya dan memastikan dia masuk ke dalam kelas. Aku pun melanjutkan mengayuh sepeda sampai ke sekolah dengan sedikit menambah kecepatan karena ku tersadar kembali bahwa hari ini hari Jum’at dan aku tak mau telat, waktu pun terus berjalan dan kaki yang mengayuh pedal sepeda yang ku kendarai telah berhasil mengantarku sampai tempat parkir sekolah dengan selamat.
            “Alhamdulillah, akhirnya sampai juga”, ku mengucap syukur sambil mengusap dada yang detak jantungku berdetak kencang karena takut terlambat.
            Aku pun masuk kelas dan mengikuti pelajaran dengan baik, saat itu mata pelajaran Bahasa Indonesia yaitu bu Nurul, dia memberikan tugas sementara karena akan melaksanakan rapat dengan kepala sekolah.
            “Anak-anak, ibu akan memberikan kalian tugas membuat puisi, nanti kalau ibu sudah masuk kelas semuanya sudah harus selesai”, kata bu Nurul saat memberi tugas.
            “Iya buu”, jawab serentak murud yang ada di dalam kelas itu,mendakan mereka semua paham akan tugasnya.
            Mereka pun sibuk untuk mengerjakan tugas yang di berikan oleh bu Nurul, begitu pun dengan aku yang sibuk membuat puisi tentang “IBU”, karena tema yang di berikan guruku bebas.
            “Assalamu’alaikum, bagaimana anak-anak apakah sudah selesai puisinya,,?”, ucap ibu sambil bertanya kepada kami.
            “Sudah buu,,”, kami menjawab serentak.
            Satu demi satu bu Nurul menyebutkan nama dari absen yang di pegangnya, akhirnya giliranku untuk membacakan puisi di depan kelas dengan penuh kasih dan sayang ku baca puisi itu di depan kelas yang di lihat oleh teman-teman dan guruku. Mereka semua memberi tepuk tangan saat ku selesai membaca puisi yang berjudul “IBU”.
            Waktu pun menunjukkan pukul 09.30 dan tak lama kemudian bel berbunyi. “Teeettttttt”, bunyi satu kali bel menandakan waktu istirhat telah tiba. Aku dan teman-teman ku pun jajan bersama ke kantin sekolah. Setelah jam istirahat usai seluruh siswa pun masuk kembali ke kelas masing-masing dan mengikuti pelajaran selanjutmya hingga pukul 11.30. Istirahat kedua pun berbunyi dengan dua kali nada, “Teeetttttttt, Teeetttttttt”, menandakan istirahat kedua. Istirahat kedua ini dilakukan untuk istirahat dan sholat jum’at bagi siswa laki-laki, istirahat dan keputrian untuk para siswi.
            Keputrian di laksanakan di kelas masing-masing, disini saatnya kita menerima siraman rohani yang selain di terima dari mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan dihadiri oleh mentor yang sudah di siapkan oleh guru.
            “Assalamu’alaikum”, seseorang berhijab panjang mengucap salam sambil mengetok pintu kelas.
            “Wa’alaikumsalam”, sahut kami serentak menjawab salam.
            Kegiatan yang setiap hari jum’at di laksanakan itu pun berjalan dengan mulus dan santai, di dalamnya kita bisa sharing, tanya jawab, dan tak lupa pula di berikan tausiyah yang dapat menyejukkan hati di siang yang agak panas itu. Selesai sudah kegiatannya dan tiba saatnya semua siswa dan siswi untuk pulang ke rumah. Ku pulang dengan penuh semangat walau terik matahari berdiri tepat di atas kepalaku. Aku pun sampai di rumah.
            “Wahhhh,cukup melelahkan hari ini”, kataku berbicara sendiri sambil melepas hijab di dalam kamar. Aku pun tersentak diam sejenak sambil melihat ke arah cermin yang melekat pada pintu lemari yang sudah terbilang tua. Saat itu aku terpikirkan oleh perkataan mentor yang tadi ada di kegiatan keputrian, dia menyampaikan hadist tentang kewajiban menutup aurat bagi wanita. “Sesungguhnya wanita itu adalah aurat, setiap kali mereka keluar, syeitan akan memperhatikannya. (HR.Bazzar & At-Tirmizi)”, mentor itu menyampaikannya kepada semua teman-teman termasuk aku.
            Ku terpikirkan dan melamun, sampai-sampai saat ibu memanggilku dan ibu akhirnya mengampiri ke kamarku tanpa ku mengetahuinya.
            ”Mba sedang apa,ibu panggil kok tidak nyahut”, tanya ibu pada ku.
            “Tidak ada apa-apa bu”, jawabku agak sedikit nervous karena kaget.
            “Ya sudah, ibu hanya ingin mengajak kamu makan siang bersama di ruang makan”,ajak ibu padaku.
            “Iya ibuku yang cantik, nanti aku nyusul ya bu, aku mau ganti pakaian dulu”, kataku sambil tersenyum pada ibu.
            Aku pun menyusul Ibu ke ruang makan, dan makan bersama keluarga kecil kami, meskipun saat makan ku masih teringat dengan hadist yang sempat membuatku melamun di kamar.
            Senja pun telah menenggelamkan dirinya sedikit demi sedikit, awan mulai berubah warna dan binatang-binatang telah masuk ke kandangnya masing-masing. Ku tutup pintu rumahku seolah-olah ku memandang ke arah senja yang menyapaku selamat datang malam, seperti biasa hal rutin yang ku lakukan, aku dan sahabat sebayaku Ira Wahyuni namanya, ku biasa panggil Ira. Setelah adzan maghrib berkumandang dia selalu mengajakku untuk menunaikan ibadah sholat maghrib berjamaah di masjid yang tak begitu jauh dari rumah kita.        Kita berjalan beriringan dengan membawa alat sholat yang di sedekap oleh kedua tangan kita masing-masing, sembari ku memulai mengajak Ira sahabatku saat pergi ke masjid untuk memakai hijab, karena sekarang aku sudah tahu bahwa setiap kali seorang wanita keluar, maka syeitan akan memperhatikannya. Sebab itu aku mulai mengajak Ira untuk mengenakan hijab di saat ia keluar rumah sekalipun, dan aku juga tidak hanya mengajak teman baikku itu untuk mengenakan hijab tetapi aku juga mulai menutup aurat dengan berpakaian yang syar’i yang telah mentor aku sampaikan dan ibu juga menasihatinya kepadaku.
            Sekian lama kurasakan memakai hijab dan pakaian yang syar’i telah membuat hidup dan hari-hariku terasa lebih berwarna, tak kusangka hari,bulan,tahuun berputar begitu cepat, tibalah saat tanggal 12 Juli sangat amazing dan bahagia sekali bagiku, diberikan surprise sebuah kado dari ibu saat ku buka berisi sehelai pakaian dan hijab yang cantik untukku sebagai kado ulang tahunku yang ke-17, dan tidak lain lagi saat ulang tahun sahabatku yang bernama Ira, ia ku hadiahkan dengan sehelai hijab berwarna dasar merah dan bercorak bunga-bunga dengan ku bungkus kertas kado yang cantik, tanggal kelahirannya tidak beda jauh denganku yang hanya selang 3 hari. Senangnya aku saat ku bisa mengajak seseorang dalam kebaikan dan spesialnya sahabatku itu aku beri kado hijab cantik saat ulang tahun yang ke sweet seventeen.
            Harapan ibu, ayah, adik dan yang pastinya aku, saat kami merayakan syukuran kecil- kecilan di ruang keluarga dengan di temani kue tar ala kadarnya serta di atasnya berdiri liin 17 tahun yang ibu buatkannya spesial untukku, berharap dengan umurku yang semakin bertambah dewasa lebih memahami hakikat seorang wanita,selekas aku memakai hijab aku bisa memperbaiki lagi akhlak dan perilaku sedikit demi sedikit dan menjadi lebih baik. Ibu, ayah, dan adikku memelukku bersama-sama dan hatiku sangat senang sekali. Kemudian ku lalui hari-hariku dengan penuh semangat dan beristiqomah.
                                                            ***


Kamis, 11 Desember 2014

Wanita dalam Islam



Bismillaahirrahmaanirrahiem
Segala puji bagi Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah saw. juga atas mereka yang berjalan bersamanya.
Mungkin ini adalah bahasan yang sering terulang. Namun, kita akan terus membahasnya, apalagi di tengah serangan gencar yang dilakukan oleh para musuh seputar konsep Islam tentang wanita dan keluarga. Hal ini terjadi di antaranya karena ketidaktahuan mereka atas sikap Islam terhadap masalah wanita.

Wanita dalam Islam
Umar bin Khathab pernah berkata, “Pada masa jahiliyah, wanita itu tak ada harganya bagi kami. Sampai akhirnya Islam datang dan menyatakan bahwa wanita itu sederajat dengan laki-laki.”
Wanita-wanita yang ditalak handaklah menahan diri tiga kali quru’. Tidak boleh mereka menyembunyikan apa yang diciptakan Allah dalam rahimnya, jika mereka beriman kepada Allah dan hari akhirat. Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti itu, jika mereka menghendaki ishlah. Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma’ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada istrinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Al-Baqarah: 228)
Persamaan yang dimaksudkan oleh Islam ini meliputi segala aspek, termasuk masalah hak dan kewajiban. Hal ini sangat dipahami oleh para wanita Islam dan oleh karenanya mereka pegang ajaran Islam dengan sangat kuat. Khadijah, Umu Habibah, Ummu Salamah dan Nusaibah binti Ka’ab adalah sebagian contoh dari para wanita tersebut.
Adapun peran wanita dalam rumah tangga tak kalah besarnya. Rasulullah mengatakan bahwa wanita adalah juga pemimpin di rumah dan ia akan dimintakan pertanggungjawaban atas perannya tersebut. Dalam sejarah para muslimah telah memainkan perannya dalam berbagai bidang; di medan jihad, di masjid dan juga di rumah. Namun dengan tetap menjaga akhlaq dan adab Islami. Ini dilakukan dengan tetap menjaga perannya yang utama yaitu mendidik anak, menjaga keluarga yang dibangun atas mawaddah dan rahmah, juga tetap menciptakan suasana tenang dan damai dalam rumah tangga.
Dan Allah menjadikan bagimu rumah-rumahmu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagi kamu rumah-rumah dari kulit binatang ternak yang kamu merasa ringan nya di waktu kamu berjalan dan waktu kamu bermukim dan dari bulu domba, bulu unta dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan perhiasan sampai waktu. (Q.S. An-Nahl: 80)

Usaha Pembaratan
Manakala umat Islam tidak komitmen dengan agamanya, maka kondisi wanita juga akan terpuruk sebagaimana terpuruknya kondisi para lelaki. Jika kondisinya demikian, maka Barat yang ternyata lebih unggul dari kita akan kembali bersemangat untuk kembali menjajah dan merampas kekayaan kita. Perang pemikiran yang mereka lakukan adalah pembuka atas perang militer yang akan mereka lakukan. Hal ini telah terbukti dan berhasil mereka lakukan.
Bahkan ketika perang militer yang mereka lakukan menemukan kegagalan, maka pengaruh pemikiran mereka tetap bercokol, terutama di otak-otak pemikir dan cendekiawan kita. Salah seorang dari mereka pernah berkata, “Semakin dalam aku mengenal Eropa, maka semakin bertambah rasa cintaku padanya. Aku merasa bagian darinya. Dialah ideologiku yang aku perjuangkan sepanjang hidupku. Aku tak percaya Timur dan aku lebih percaya pada Barat.” (Salamah Musa ; Buku Kemarin dan Hari ini)
Ada lagi seorang dari mereka berkata, “Jalan menuju kebangkitan sudah sangat jelas, yaitu dengan cara kita menempuh jalan yang telah ditempuh bangsa Eropa. Lalu, agar kita dapat berubah seperti mereka, maka segala apa yang ada pada mereka harus kita ambil. Pahit, manis, kebaikan, keburukan dan termasuk hal-hal yang disukai juga yang dibenci (Toha Husein, masa depan pengetahuan di Mesir)

Wanita Eropa
Gerakan pembebasan wanita -sesuai dengan ediologi Barat- merupakan pintu masuk bagi pemikiran-pemikiran asing itu ke negeri kita. Belakangan, gerakan ini terasa sangat gencar dilakukan. Terutama saat isu globalisasi meruak. Juga pada saat Amerika dan Zionis berkuasa atas dunia ini tanpa ada yang mampu menyainginya.
Mereka memaksakan pemikiran ini pada bangsa-bangsa muslim. Berbagai cara mereka tempuh agar tujuan tercapai. Lembaga semisal PBB dipakai sebagai alat guna terwujudnya segala target-target mereka. Diselengarakanlah KTT-KTT yang mengangkat isu seputar masalah wanita.
Lalu keluarlah berbagai keputusan dan kesepakatan yang sesuai dengan keinginan mereka. Pada akhirnya berbagai keputusan ini dipaksakan agar diterima oleh semua anggota PBB dengan pengawasan ketat yang mereka lakukan. Selanjutnya, hal-hal ini menjadi senjata-senjata untuk menekan pemerintahan yang ada untuk mau merubah UU dan berbagai peraturan yang sesuai dengan keputusan-keputusan KTT tadi.

Hancurnya Keluarga
http://img1.eramuslim.com/fckfiles/image/anak_muslim.jpgMasalah selanjutnya bukan lagi hanya seputar masalah wanita dan hak-hak mereka saja. Akan tetapi, menjadi meluas dan melebar meliputi bagaimana membangun rumah tangga seperti cara dan gaya yang sesuai dengan peradaban Barat. Berkembanglah pemikiran bahwa membina rumah tangga tak perlu lagi memperhatikan aturan dan nilai-nilai. Peran “ibu” tak lagi menjadi tugas wanita saja. Peranan itu sebenarnya adalah tanggung jawab masyarakat. Bahkan, peran itu dapat dilakukan oleh wanita dan laki-laki.
Sebenarnya, di Eropa pemikiran dan ideologi ini melahirkan banyak permasalahan. Sebagai contoh di Perancis tercatat 53 % anak-anak yang lahir tak memiliki bapak yang jelas. Di banyak negara Eropa semakin berkembang trend enggan mempunyai anak bahkan enggan untuk menikah. Hubungan laki-laki dan wanita sekadar hubungan seks bebas tanpa ada ikatan, tak ada aturan yang mengikat. Dan selanjutnya mereka menuntut agar dilegalkannya aborsi sebagai dampak langsung dari merebaknya budaya seks bebas.
Hal ini juga berdampak pada meningkatnya angka kriminalitas dengan sangat tajam. Pada tahun 1998 tingkat kriminalitas di Amerika mencapai angka yang sangat fantastis. Tindakan perkosaan terjadi setiap 6 menit, penembakan terjadi setiap 41 detik, pembunuhan setiap 31 menit. Dana yang dikeluarkan untuk menanggulangi tindakan kejahatan saat itu mencapai 700 juta dolar per tahun (angka ini belum termasuk kejahatan Narkoba). Angka ini sama dengan pemasukan tahunan (income) 120 negara dunia ketiga.

Kejahatan atas wanita
Merebaknya kejahatan memberikan bahaya tersendiri buat para wanita di Eropa. Hingga PBB pada 17 Desember 1999 mengeluarkan keputusan bahwa tanggal 25 November merupakan hari anti kekerasan pada wanita.
Anehnya, para musuh Islam langsung saja menjadikan hal ini sebagai celah untuk menyerang Islam. Mereka mengatakan bahwa dalam Islam, wanita diperlakukan dengan amat kejam karena wanita boleh dipukul pada saat melakukan pembangkangan pada suami setelah segala cara telah ditempuh.
Kaum laki-laki itu adalah pemimpin bagi kaum wanita, oleh karena Allah telah melebihkan sebahagian mereka atas sebahagian yang lain, dan karena mereka telah menafkahkan sebagian dari harta mereka. Sebab itu maka wanita yang saleh, ialah yang taat kepada Allah lagi memelihara diri ketika suaminya tidak ada.
Wanita-wanita yang kamu khawatirkan nusyuznya, maka nasihatilah mereka dan pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan pukullah mereka. Kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. Sesungguhnya Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar. (Q.S. An Nisa: 34)
Kita akui bahwa banyak para suami yang salah dalam menerapkan ayat di atas. Hal ini lahir karena lemahnya komitmen mereka pada Islam ditambah dengan kebodohan dalam memahami konsep Islam. Diperparah lagi dengan sikap wanita yang sudah sangat melampaui batas sehingga emosi sang suami tak tertahankan lagi. Bahkan keduanya dalam posisi tertekan karena sistem yang ada dan berlaku adalah sistem thagut sehingga kerusakan terjadi di mana-mana. Sebenarnya dalam konsep Islam terdapat solusi bagi permasalahan ini.
Ada banyak fakta dan data yang seharusnya diperhatikan oleh mereka yang terbuai dengan Barat. Di Eropa dan Amerika pada setiap 15 detik terjadi kekerasan atas wanita. Belum lagi jika ditambah dengan aksi pemerkosaan setiap harinya. Sehingga Amerika tercatat sebagai negara tertinggi dalam hal kekerasan terhadap wanita. Menurut catatan UNICEF, 30% kekerasan pada wanita terjadi di Amerika dan 20% di Inggris.
Belum lagi kejahatan perbudakan yang terjadi di Amerika, CNN pernah menyiarkan laporan bahwa pada tahun 2002 jutaan anak-anak dan wanita dijual belikan di Amerika setiap tahunnya. Lebih dari 120 ribu wanita berasal dari Eropa Timur dan beberapa negara miskin lainnya dikirim ke Eropa untuk dipekerjakan sebagai budak seks. Lalu lebih dari 15 ribu wanita yang mayoritas berasal dari Meksiko dijual ke Amerika untuk dipekerjakan di komplek-komplek pelacuran.
Bisnis haram ini bahkan merenggut kemerdekaan anak-anak di dunia, hingga Sidang Umum PBB pada pertemuan yang ke 54 mengeluarkan keputusan pada 25 Mei 2000 tentang hak anak. Sebuah keputusan yang mendesak agar dilakukan pencegahan agar tak lagi terjadi jual beli anak apalagi kemudian dipekerjakan sebagai budak seks seperti yang terdapat pada jaringan internet.

Konsep perlindungan anak dalam Islam
Memperhatikan apa yang terjadi di Barat, seharusnya membuat kita berfikir panjang jika ingin menempuh jalan yang telah ditempuh oleh Barat.
Dan Allah hendak menerima tobatmu, sedang orang-orang yang mengikuti hawa nafsunya bermaksud supaya kamu berpaling sejauh-jauhnya. Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah. (Q.S. An-Nisa: 27-28)
Mari kita berpegang teguh pada petunjuk Allah dan Rasul-Nya. Pandangan kita atas masalah ini adalah berlandaskan pada konsep agama kita yang hanif.
Diharamkan bagimu bangkai, darah, daging babi, yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan yang disembelih untuk berhala. Dan mengundi nasib dengan anak panah, adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Maidah: 3)
Kita tahu bahwa wanita mendapatkan berbagai tekanan termasuk dirampasnya hak-hak mereka yang telah diberikan oleh Islam. Namun, jika kita berbicara mengenai problem ini, tentunya tak dapat dipisahkan dengan beberapa problematika lain yang ada.
Krisis pada hal ini tak dapat dilepaskan dari krisis besar yang dihadapi umat Islam. Sesungguhnya pemikiran akan adanya konflik antara laki-laki dan wanita adalah sebuah hal aneh dan tak akan ditemui dalam konsep Islam. Ini adalah produk impor dari masyarakat barat yang memang senang membuat konflik dan pertentangan dalam berbagai hal. Mereka melakukan penentangan pada agama, alam, juga atas segala hal.
Kita bahkan yakin bahwa problem yang dihadapi oleh wanita muslimah juga merupakan dampak dari apa yang terjadi di Barat. Baratlah penyebab dari segala hal yang terjadi di Palestina, mereka yang mendukung Israel dengan segala dukungan; materi dan persenjataan.
Dalam penjara Israel terdapat lebih dari delapan ribu tawanan. Mereka meninggalkan para istri, ibu dan anak-anak perempuan, bahkan di antara mereka terdapat sekitar 100 tawanan wanita. Mengapa Barat diam saja atas semua ini.
Di Palestina terdapat lebih dari 250 wanita yang telah menemui syahidnya, belum lagi para wanita yang menderita luka-luka pasca intifadhah.
Bukankah mereka juga punya hak yang harus dibela. Mengapa media Barat diam seribu bahasa atas hal ini, sementara mereka melakukan berbagai usaha dan upaya pada saat satu atau dua orang wartawati mereka tertawan di Irak atau di wilayah konflik lainnya.
Adapun tentang wanita di Irak, cukuplah bagi kita apa yang disampaikan oleh organisasi dunia pada 22 Februari 2005 yang mengatakan bahwa kondisi wanita Irak tak jauh berbeda dengan kondisi manakala mereka berada di bawah pemerintahan Sadam Husein.
Hal ini menjelaskan bahwa kemerdekaan dan kebebasan wanita seperti yang di gembar-gemborkan Amerika sama sekali tak menyentuh mereka. Bahkan kondisi mereka di bawah penjajahan Amerika jauh lebih buruk lagi. Mereka menerima perlakuan kasar, dianiaya, dilecehkan bahkan diperkosa.
Rasanya kita tak perlu lagi menceritakan apa yang dialami oleh para muslimah di Bosnia. Bagaimana mereka diperkosa dan disiksa oleh tentara Serbia Eropa di hadapan para tentara PBB, juga di hadapan dunia internasional.
Namun, meski dalam kondisi demikian, wanita muslimah akan tetap tegar. Melalui merekalah lahir para pejuang, para syuhada, juga para mujahidin. Wallahu A’lam.

Jumat, 28 November 2014



6 Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha

Rahasia dan Keutamaan Shalat Dhuha – Shalat duha merupakan salah satu diantara shalat-shalat sunah yang sangat dianjurkan oleh Rasulullah SAW. Banyak sekali penjelasan hadits yang telah menyebutkan berbagai keutamaan dan keistimewaan shalat Dhuha bagi siapa saja yang melaksanakannya. Berikut ini adalah beberapa hadits Rasulullah Muhammad saw yang menceritakan tentang keutamaan shalat Dhuha, di antaranya:

1. Sedekah bagi seluruh persendian tubuh manusia

Dari Abu Dzar al-Ghifari ra, ia berkata bahwa Nabi Muhammad saw bersabda:

“Di setiap sendiri seorang dari kamu terdapat sedekah, setiap tasbih (ucapan subhanallah) adalah sedekah, setiap tahmid (ucapan alhamdulillah) adalah sedekah, setiap tahlil (ucapan lailahaillallah) adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh kepada kebaikan adalah sedekah, mencegah dari kemungkaran adalah sedekah. Dan dua rakaat Dhuha diberi pahala” (HR Muslim).

2. Ghanimah (keuntungan) yang besar

Dari Abdullah bin `Amr bin `Ash radhiyallahu `anhuma, ia berkata:

Rasulullah saw mengirim sebuah pasukan perang.
Nabi saw berkata: “Perolehlah keuntungan (ghanimah) dan cepatlah kembali!”.

Mereka akhirnya saling berbicara tentang dekatnya tujuan (tempat) perang dan banyaknya ghanimah (keuntungan) yang akan diperoleh dan cepat kembali (karena dekat jaraknya).

Lalu Rasulullah saw berkata; “Maukah kalian aku tunjukkan kepada tujuan paling dekat dari mereka (musuh yang akan diperangi), paling banyak ghanimah (keuntungan) nya dan cepat kembalinya?”

Mereka menjawab; “Ya!

Rasul saw berkata lagi:
“Barangsiapa yang berwudhu’, kemudian masuk ke dalam masjid untuk melakukan shalat Dhuha, dia lah yang paling dekat tujuanannya (tempat perangnya), lebih banyak ghanimahnya dan lebih cepat kembalinya.” (Shahih al-Targhib: 666)

3. Sebuah rumah di surga

Bagi yang rajin mengerjakan shalat Dhuha, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di dalam surga. Hal ini dijelaskan dalam sebuah hadits Nabi Muahammad saw:

“Barangsiapa yang shalat Dhuha sebanyak empat rakaat dan empat rakaat sebelumnya, maka ia akan dibangunkan sebuah rumah di surga.” (Shahih al-Jami`: 634)

4. Memeroleh ganjaran di sore hari

Dari Abu Darda’ ra, ia berkata bahwa Rasulullah saw berkata:

Allah ta`ala berkata: “Wahai anak Adam, shalatlah untuk-Ku empat rakaat dari awal hari, maka Aku akan mencukupi kebutuhanmu (ganjaran) pada sore harinya” (Shahih al-Jami: 4339).

Dalam sebuah riwayat juga disebutkan: “Innallaa `azza wa jalla yaqulu: Yabna adama akfnini awwala al-nahar bi’arba`i raka`at ukfika bihinna akhira yaumika”

(Sesungguhnya Allah `Azza Wa Jalla berkata: “Wahai anak Adam, cukuplah bagi-Ku empat rakaat di awal hari, maka aku akan mencukupimu di sore harimu”).

5. Pahala Umrah

Dari Abu Umamah ra bahwa Rasulullah saw bersabda:

“Barang siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci untuk melaksanakan shalat wajib, maka pahalanya seperti seorang yang melaksanakan haji. Barang siapa yang keluar untuk melaksanakan shalat Dhuha, maka pahalanya seperti orang yang melaksanakan `umrah…” (Shahih al-Targhib: 673).

Dalam sebuah hadits yang lain disebutkan bahwa Nabi saw bersabda:

“Barang siapa yang mengerjakan shalat fajar (shubuh) berjamaah, kemudian ia (setelah usai) duduk mengingat Allah hingga terbit matahari, lalu ia shalat dua rakaat (Dhuha), ia mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umrah; sempurna, sempurna, sempurna..” (Shahih al-Jami`: 6346).

6. Ampunan Dosa

“Siapa pun yang melaksanakan shalat dhuha dengan langgeng, akan diampuni dosanya oleh Allah, sekalipun dosa itu sebanyak buih di lautan.” (HR Tirmidzi).

Sumber:

(https://www.facebook.com/media/set/?set=a.305154499575198.70245.105053116252005&type=3)

Kita bertanya Pak ustad menjawab



Ass Ustad,,,,
saya mau bertanya apa manfaat sholat dhuha & apa saja makna dari sholat dhuha tersebut???
oya satu lagi ustad,,,apakah di perbolehkan jika kita jarang untuk sholat subuh tapi untuk sholat dhuha kita sering melakukannya….(hampir tiap hari sholat dhuha )
sekian dulu pertanyaan dari saya ustad,,,
Ass…
Hamba Allah
Waalaikumussalam Wr Wb
Ada yang mengatakan bahwa shalat dhuha juga disebut shalat awwabin. Akan tetapi ada juga yang mengatakan bahwa keduanya berbeda karena shalat awwabin waktunya adalah antara maghrib dan isya.
Waktu shalat dhuha dimulai dari matahari yang mulai terangkat naik kira-kira sepenggelah dan berakhir hingga sedikit menjelang masuknya waktu zhuhur meskipun disunnahkan agar dilakukan ketika matahari agak tinggi dan panas agak terik.
Adapun diantara keutamaan atau manfaat shalat dhuha ini adalah apa yang diriwayatkan oleh Muslim, Abu Daud dan Ahmad dari Abu Dzar bahwa Rasulullah saw bersabda,”Hendaklah masing-masing kamu bersedekah untuk setiap ruas tulang badanmu pada setiap pagi. Sebab setiap kali bacaan tasbih adalah sedekah, setiap tahmid adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, setiap tahlil adalah sedekah, setiap takbir adalah sedekah, menyuruh orang lain agar melakukan amal kebaikan adalah sedekah, melarang orang lain agar tidak melakukan keburukan adalah sedekah. Dan sebagai ganti dari semua itu maka cukuplah mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Juga apa yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Abu Daud dari Buraidah bahwa Rasulullah saw bersabda,”Dalam tubuh manusia itu ada 360 ruas tulang. Ia harus dikeluarkan sedekahnya untuk tiap ruas tulang tersebut.” Para sahabat bertanya,”Siapakah yang mampu melaksanakan seperti itu, wahai Rasulullah saw?” Beliau saw menjawab,”Dahak yang ada di masjid, lalu pendam ke tanah dan membuang sesuatu gangguan dari tengah jalan, maka itu berarti sebuah sedekah. Akan tetapi jika tidak mampu melakukan itu semua, cukuplah engkau mengerjakan dua rakaat shalat dhuha.”
Didalam riwayat lain oleh Bukhori dan Muslim dari Abu Hurairoh berkata,”Nabi saw kekasihku telah memberikan tiga wasiat kepadaku, yaitu berpuasa tiga hari dalam setiap bulan, mengerjakan dua rakaat dhuha dan mengerjakan shalat witir terlebih dahulu sebelum tidur.”
Jumhur ulama mengatakan bahwa shalat dhuha adalah sunnah bahkan para ulama Maliki dan Syafi’i menyatakan bahwa ia adalah sunnah muakkadah berdasarkan hadits-hadits diatas. Dan dibolehkan bagi seseorang untuk tidak mengerjakannya.
Berbeda dengan shalat shubuh maka tidak ada perbedaan dikalangan ulama bahwa ia adalah wajib bagi setiap muslim untuk melaksanakannya dan berdosa jika ditinggalkan. (baca : Cara Mengganti Shalat Yang Ditinggalkan).
Dengan demikian tidak dibenarkan bagi seorang yang hanya mengerjakan shalat dhuha yang kedudukannya sunnah sementara dirinya meninggalkan shalat shubuh yang kedudukannya lebih tinggi darinya yaitu wajib.
Wallahu A’lam
-Ustadz Sigit Pranowo Lc